Review Apika · Uncategorized

Review: Investasi di Tanijoy!

 

Tahun 2018 kemarin, saya dan suami sedang kepikiran untuk investasi ke beberapa instrumen. Suami mencoba ke SBR, saya iseng-iseng mau coba ke fintech aja. Sepertinya lagi happening dan getol didengung-dengungkan. Setelah mereview beberapa fintech, mempelajari beberapa akadnya, saya tertarik buat investasi di Tanijoy!

Kenapa di Tanijoy? Awalnya simpel sih, saya berencana investasi ke proyek yang saya kenal co-foundernya. Ada beberapa, tapi akhirnya jatuh hati di Tanijoy karena menurutku dia yang paling cocok di hati. Pertama, karena bisa invest di angka yang nggak terlalu besar, kedua proyeknya juga nggak sampai satu tahun, dan melihat keseriusan Tanijoy (dari beberapa postingannya) untuk sejahtera bersama–dalam artian disini mereka menekankan sekali bahwa dengan inves di platform mereka artinya juga membantu para petani sebagai mitranya. Terus yang terakhir yang bikin mantep adalah…saya belum menemukan review yang buruk dari penggunanya. Hehe.

Akhirnya November 2018 saya beranikan diri daftar akun dan ambil slot Cabai Rawit Banjarnegara. Proyek ini masuk ke kategori resiko tinggi dengan estimasi return-nya 15-18%. Kenal dengan istilah High risk, high return, kan? Nah, asyiknya tim Tanijoy sudah mengklasifikasikan beberapa tipe risiko: Tinggi, Sedang, dan Rendah. Jadi kita bisa sesuaikan dengan profil kita. Kalau yang risk taker, bisa coba ambil yang high risk. Vice versa, yang risk averse bisa coba ambil yang resiko rendah. Setahuku proyek-proyek dengan resiko rendah contohnya kubis, jamur, dan jagung. Di resiko yang sedang atau istilahnya di Tanijoy : moderat, ada kentang granola. Kentang ini lumayan banyak proyeknya. Kalau proyek-proyek yang low-risk biasanya dia lebih cepat pengembaliannya. Jadi durasi proyeknya lebih singkat.

Waktu memutuskan mau inves, cukup amaze juga dengan proposal yang bisa kita pelajari di sana. Rinciii banget sampai ke detail cost yang dibutuhkan. Jadi kalau mau mempelajari dulu sebelum inves, bisa banget. Kalau dulu pas zaman saya, belum via aplikasi, jadi proposal dan profil lainnya via web. Tapi sekarang canggih bener, semua udah berbasis aplikasi dan detail tiap proyeknya. Coba aja deh download aplikasinya, nggak harus inves dulu kok! Download aja buat mempelajari dulu hehe. CS-nya juga enak, responsif. Saya pernah menanyakan beberapa hal yang saya tidak mengerti terkait investasi dan dibalas dengan cepat di hari dan jjam kerja.

Chat tanijoy
ini chat dengan CS tanijoy

Di perjalanan investasi, Tanijoy cukup sering memberi laporan perkembangan proyek. Sepertinya hampir tiap bulan selalu ada ya, meski tanggalnya tidak sama setiap bulannya. Menurutku ini salah satu keunggulannya juga, karena dari cerita beberapa teman ternyata inves di fintech nggak semuanya dapat beginian *ga berani nyebutin nama platformnya* wkwkwk. Apalagi sekarang basisnya aplikasi, update-an semua ada di aplikasinya! Aku hanya merasakan enaknya via aplikasi di akhir-akhir masa investasi karena beberapa bulan awal semua by email.

Laporan ini termasuk melaporkan adanya pergantian petani cabai dan kemunduran timeline karena waktu itu ada hujan badai serta angin. Jadi emang ternyata beneran high risk ya proyek ini wkwkwk. Sempat deg-degan tapi alhamdulillah di proyeknya berhasil panen! Kalau gagal gimana? Karena konsepnya sesuai apa yang aku pegang, profit-loss sharing jadi kalau rugi ya dibagi berdua sesai akad :))) Namanya juga inves, kalau nggak mau rugi ya jangan inves hihihi.

penampilan via aplikasi
penampilan via aplikasi, untuk yang diblur itu angka investasiku hehe

Sejauh ini puas sama kinerja tim Tanijoy terutama keterbukaannya. Bahkan di akhir proyekpun ada laporan pembayaran pajaknya loh. Haha jadi no worry yaaa. InsyaAllah nanti kalau ada dana dan proyeknya cocok, mau inves lagi!

Oh iyaaaa Tanijoy saat ini masih dalam uji kelayakan untuk terdaftar di OJK. Mari kita doakan bersama semoga segera beres prosesnya, biar yang mau inves jadi lebih tenang karena sudah diawasi regulator.

pajak tanijoy
laporan pajak

 

Screenshot_2020-03-16-04-28-10-421_com.google.android.apps.docs
ini lembar awal
cerita mama · motherhood · Uncategorized

Saat Ini

Punya anak lagi tandanya menyesuaikan ritme lagi. Memang ada beberapa hal yang tidak baru, kebanyakan urusan teknis seperti masih hafal cara memandikan bayi, mengganti popoknya, penanganan anak sakit, cara mengASIhi, dan sebagainya. Tapi banyak hal lain di samping itu yang rasanya baru sekali, belum lagi perbedaan karakter anak yang memang dibawa sejak bayi haha. 

Yara kecil amat beda dengan Shabira (kakaknya). Waktu Shabira seusia Yara, dari new born hingga usia empat bulan, aku bisa merangkap banyak hal dalam sekali bekerja. Shabira tipikal yang bisa disambi ini itu, cukup diletakkan di atas bouncher aku bisa menyiapkan makan, menyapu, mengepel rumah, menata baju, dan melakukan banyak pekerjaan domestik lainnya sampai alhamdulillah aku bisa mengerjakan naskah buku keduaku saat aku memiliki newborn.

Tapi Yara bukan Shabira, pun Shabira juga bukan Yara. Tidak perlu dibandingkan haha, tapi aku hanya mencatat perbedaan dan mengalirkan rasa disini (apa bedanya? Ya anggap saja sudah berbeda sedari niat). Saat Yara kecil, meski sebenarnya Yara lebih ramah dan ceria, tapi Yara tipikal yang cenderung amat rewel saat mengantuk, lapar, dan minta diganti popoknya. Kadangkala rewelnya belum bisa aku artikan karena sebelumnya aku belum pernah menghadapi anak dengan tangisan sebanyak Yara wkwkwk.

Ada banyak hal yang tidak bisa aku lakukan, tidak apa-apa. Standar kerapian kembali menurun. Aku belajar untuk tidak terlalu banyak menuntut diri kali ini. Aku jarang bisa menulis atau membaca berhalaman-halaman, ya karena aku sedang memiliki newborn dan toddler sekaligus. Aku tidak punya nanny, meski kusyukuri aku memiliki ART yang datang kala siang dan pulang saat aku selesai mandi sore.

“Sebutkan judul film yang terakhir kamu tonton?” hahaha, aku tidak bisa menyebutkannya karena rasanya sudah lama sekali aku tidak menonton habis sebuah film. Barangkali Tuxedo? Saat suami mengajakku staycation waktu kehamilanku tujuh bulan. Tapi film sama sekali tidak menjadi masalah buatku, aku sudah lama berdamai dengan ketidak update-anku akan hal itu dan menjadi ibu baru adalah hal yang sangat aku syukuri.

Sekarang, aku hanya ingin mengatakan beberapa hal kepada diriku sendiri. Nikmatilah prosesnya. Nikmatilah repotnya. Nikmatilah betapa lambannya hidupmu berjalan. Nikmatilah. Kamu akan mengenangnya saat nanti kamu bisa berlari cepat.

Untuk diriku sendiri, adalah sesuatu yang berharga ketika kamu menikmati sebuah proses, karena tidak semua orang bisa menghargai itu. Menyesap tiap detiknya dan menghadirkan diri utuh pada hal-hal yang dikerjakan saat ini. Bersyukurlah, sekali lagi: nikmatilah prosesnya! 🙂

Uncategorized

Sleep Training Shabira (2)

Terhitung tiga minggu sudah aku melakukan sleep training. Daaaan sudah ada berbagai halang rintang dari perjalanan kami. Tantangan pertama adalah, lolos seminggu sleep training, kami pergi ke rumah mertua. He he he. Alhamdulillah mulus, tapi dua minggu kemudian kami berlebaran

Aku berekspektasi sekaligus berdoa, di hari ke-7 sleep training Shabira sudah bisa tidur dengan mulusnya. Ya memang sudah bisa, tapi ternyata kalau pulang ke rumah eyangnya lain cerita. Dan aku nggak memrediksi gejolak hatiku saat itu. Apaan dah gini aja bergejolak. wkwkwkw. Tapi serius, jadi gemes-gemes gimanaaa gitu. Jadi merasakan gimana sih gejolaknya teman-teman yang tinggal bareng mertua. Ditambah lagi, metode sleep training ini kan termasuk metode yang baru di Indonesia, orang masih awam. Ya sama kaya gendong M-Shape, atau no bedong-bedong club wkwkwk. Kalau ke desa yaaaaaaa siap-siap menyalakan genderang perang. Lebay, ga sampai perang juga sih.

Singkat cerita, hari pertama disana, Shabira biasa deeeh mau tidur kan rewel karena ngantuk yang sebenarnya didiamkan aja dia sudah bisa tidur sendiri. Tapi kan eyangnya belum paham. Aku sudah bilang kalau dia bakal tidur sendiri, tapi eyangnya kasian, nggak tega. Suami sudah bilang supaya dibiarkan saja, tapi eyangnya bilang jangan. Endingnya, Shabira digendong sampai dia tidur. wkwkwk.

Sabaaar, sabaaar, Apika anak sabar.

Setelah eyang berhasil menidurkan Shabira di kasur aku beranikan bilang (sambil gemetar juga sebenernya bilangnya, ngredeg lah!), 

“Bu besok-besok jangan digendong lagi ya, nanti malah jadi kebiasaan. Soalnya saya belum tentu kuat gendong Shabira sampai ketiduran kalau di Jogja.” Ibu mengiyakan, walaupun juga tampak kesal. Wkwkwkwk. Gapapa ya bu, abis itu kita damai :’D

Ampun deh perkara beginian aja, batinku. Tapi bismillah, kalau besok ibu masih keukeuh mau gendong ya aku mencoba ikhlas. Ya namanya eyang ya, kangen cucu, gak tega juga, mau gimana. Kalaupun aku harus mengulang hal ini sepulang aku dari rumah mertua insyaAllah aku ikhlas.

Alhamdulillaah hari kedua, lancar. Shabira bisa tidur sendiri setelah dipijetin meskipun banyak sekali modusnya mau keluar kamar. Okesip. Nggak papa, good job Shabira! Hari ketiga, Shabira sakit, flu ketularan sepupunya. Dia bisa tidur sendiri tapi tengah malam sekitar jam2an rewel luar biasa. Mulai semuanya heboh, ibu mertua, bapak mertua, ikut bingung. Aku yang awalnya santai jadi ikutan bingung harus gimana ngelihat bapak ibu mertua bingung. Ditambah ibu mertua sampai urun tangan ngepuk-pukin dan gendong Shabira. Baik…aku kasih ASI aja daripada merembet panjang urusannya. Suami juga pas nggak di rumah.

Dan ternyata Shabira flu sampai empat harian. Jadi selama itu juga nen sebelum tidur :’) Alhamdulillah pas balik ke Jogja kami sounding lagi dan kembali berhasil menjalankan sleeptraining di minggu berikutnya. Lalu tibalah akhir ramadan. Ada apa dengan akhir ramadan? Pulkam! Haha. Deg-degan bangettt bakal keulang lagi. Tapi sekarang kami sudah atur strategi, strategi batin wkwk.

“Nggak papa ya Mas, kalau ngulang lagi dari awal…”

“Iya, nanti tak temenin.” kata suami menenangkan. Dan aku sama sekali nggak pernah meragukannya kalau dia sudah bilang mau ikut menemani, berarti benar-benar mau menemani berjuang.

Maka kami pulkam dengan bergandengan tangan hahaha, apapun yang terjadi nanti, hasilnya kami pasrah. Karena pada intinya kami nggak mau perkara sleep training malah jadi konflik. Jadi kalau udah berkali kali ortu diajak rembug ternyata hasilnya 0, ya berarti sudah sampai situ batas juangnya. Sudah harus diikhlaskan.

Endingnya? Dua minggu di kampung halaman, sleeptraining Shabira benar-benar bubar jalan. Alhamdulillaah berarti ini yang terbaik.

Kami pulang ke Jogja, dan mengulang kembali sleeptraining. Hasilnya? Benar-benar susaaahhhh rasanya. Dan kalau sebelum-sebelumnya aku tega, ini benar-benar nggak tega untuk mengulang kembali. Pas aku tega aja nangisnya udah heboh banget, kebayang nggak gimana ini pas aku nggak tega? :”)

Instingku sebagai seorang ibu bilang, jangan. Shabira bisa setengah jam hanya menangiiiis saja. Aku sudah mencoba sehari, dia tertidur karena menangis sampai sesenggukan dan nafasnya berat. Besoknya dia menangis dengan durasi yang lama dan tangis yang nggak berkurang sama sekali kekuatannya. Malah makin menjadi.

Akhirnya, dengan mengucap bismillah, aku berhenti. Aku memutuskan berhenti karena ya mungkin ini belum waktunya untuk mengulang kembali. Satu saat, aku yakin Shabira mau dan bisa mengulang lagi sleep training ini. Merasa gagal? Tentu saja! Gagal luar biasa rasanya… tapi ini sudah konsekuensi dari pilihan. Selama menjalani aku merasa ada yang salah kalau aku meneruskan dengan situasi dan kondisi yang terjadi pada kami. Dengan tidak konsistennya aku dan suami menerapkan ini, akan berat juga untuk Shabira jika terus dipaksakan.

Kita akan temukan kembali waktu yang tepat ya, Kak Sha! Eh terus bagaimana apakah Shabira suka terbangun lagi waktu malam? Yap. Tapi nggak sebanyak dulu. Paling cuma sekali. Malah beberapa kali nggak bangun sama sekali meski tetap nenen sebelum tidur. Kadang kalau bangun juga nggak langsung aku kasih nenen, cuma dipuk-puk aja sudah bisa tidur sendiri. Alhamdulillaaah.

Akhir kata, buat teman-teman yang sukses menjalankan ini. MaasyaAllah pertahankan terus dan jalani dengan niat melakukan ini untuk kebaikan anak. Pun kepada yang gagal kaya saya, niatkan juga bahwa menggagalkan ini karena kita melihat dan menjalani, bahwa mungkin saat ini yang terbaik untuk dia, untuk kebaikan dia, adalah tidak menjalankan sleep trainingnya.

Semangat berjuang ibu-ibu!

 

 

cerita mama · motherhood · parenting

Sleep Training Shabira (1)

Di usianya yang ke 16 bulan ini, saya akhirnya memutuskan untuk melakukan sleep training karena berbagai pertimbangan. Salah satunya karena sudah siap dan tega lahir batin, salah duanya karena menurut saya penting buat shabira tidak terlalu bergantung pada susu ibunya ketika malam. Nah menurunnya frekuensi menyusui ini, akan lari kepada meningkatnya nafsu makan dia (secara teori begitu), selain itu dia bisa deep sleep, tidur tanpa tergantung bangun beberapa kali untuk menyusu kepada saya.

Setelah saya evaluasi, selama ini dia hanya menuruti keinginannya saja, menyusu kala malam seakan bentuk kepuasan. Bukan lagi kebutuhan, karena dia jatuhnya ‘ngempeng’. Sebenarnya, hal ini sudah disampaikan oleh dokter spesialis anak (dsa)-nya shabira pada waktu 10 bulan. Tapi pada saat itu, beliau menyarankan saya untuk memerbaiki pola makan. Baru setelah pola makan baik dan saya siap, saya diminta untuk memelajari sleep training agar anak bisa sleep through the night (tidur tanpa kebangun bangun waktu malam).

Setelah saya membaca berbagai macam literatur tentang sleep training, sebenarnya kalau di luar negeri sleep training ini biasa dilakukan bahkan sejak anak usia 6 bulan. Nah sleep training sendiri yang sering dijalankan ini ada dua metode, sebut aja yang pertama poprock yang satunya jazz. hahahaha gak ding. Yang pertama adalah cry it outyang kedua adalah no tears method.

Saya jelaskan perbedaannya sedikit ya, kalau yang cry it out ini, bayi diletakkan di crib dalam keadaan masih melek, jadi belum merem. Kita orangtuanya ninggalin aja gitu dia di crib sendirian. Tujuannya supaya dia terbiasa tidur tanpa kita orangtuanya. Jadi kalau dia kebangun pas malam, dia akan berusaha sendiri untuk tidur tanpa harus ada kita yang nge-pukpuk. Orangtua bisa nengok bayinya di crib ini beberapa kali (untuk memastikan posisi dan lain-lain) semakin hari, interval nengoknya semakin jarang. Karena judulnya cry it out, bayi kita bakal nangis-nangis di awal. Tega-tegaan lah.

Kalau metode no tearsini metode : diem diem wae. wkwkwk. Jadi kita mengkondisikan tidurnya dia, menjadwalkan rutin plus treatment sebelum tidur. Memastikan ruang tidur nyaman, hening, beberapa bayi suka gelap ya digelapin ruangannya, disetelin lagu-lagu ninabobo, menemani dia sebagai co-sleeping, bisa bacain dongeng dulu, kemudian dipuk-puk sampai tidur. Atau tetep nemenin di samping crib, kalau anak ditaruh di crib, nah makin lama makin menjauh-menjauh-menjauuh, dan endingnya bisa ditinggal tidur sendiri. Nggak langsung dibiarkan seperti metode cry it out.

Kalau saya pribadi, menjalankan keduanya super susah. Pertama karena dia masih bener-bener ketergantungan sama ‘nyusu’ sebelum tidur kalau pake metode no tears bakal susah karena endingnya dia minta nyusu, kedua saya nggak bisa meninggalkan dia sendirian di satu ruang karena kamar kami cuma satu, plus kami nggak punya crib hahahahaha.  Dua kamar sih sebenarnya, tapi yang satu sudah jadi multifungsi ruang, ya buat laundryan, buat setrika, buat ini itu. Hahaha #malahcurhat.

Jadi saya menerapkan mix method #halah. Ya cry it out, ya no tears (disini ngambil teori tetep jadi co-sleepingnya dia). Atau ini adalah Apik Method? (apasihhh hahaha). Sebelumnya, saya mau beri beberapa catatan kalau mau menjalankan sleep training, biar memermudah gitu… Continue reading “Sleep Training Shabira (1)”

jurnal kehamilan · motherhood · Uncategorized

Pregnancy Journal : Ibu Hamil dan Tuntutan untuk Terus Bahagia

Katanyaaa, ibu hamil itu harus bahagia. Engga boleh stres, engga boleh sedih, karena itu bikin janin ada di ‘lingkungan’ yang kurang kondusif. Tapi tuntutan untuk harus terus bahagia juga kadang bikin adem panas. Kan nggak mungkin tu 9 bulan kita happyyy terus. Kadang mewek, kadang chapppeee (pake H dan dobel P ya😂), kadang sensi, kadang rindu *wk. Alhasil kalo pas kerasa nggak happy jadi tertekan sendiri “ih kok aku nggak happy! Kakak bayi gimana di dalem sini? Aduh aku harus apa?” Akhirnya bukannya healingnya cepet malah makin asdfghkl 😅

Tarik nafas dolooo buibu. Ambil jeda. Istirahaaat…

Nggak apa apa kok kerasa sedih, gundah, galau, gulana, gulali, gule, tongseng, tengkleng, soto banjar, sop empal, lumpia anget #apasihh malah jadi pengen makan 🤣

Hasil merangkum beberapa artikel dan kelas prenatal, happy itu puenting. Tapi jangan sampe kita malah stress kuadrat karena nggak mau/bisa menerima kenyataan kalo emosi kita lagi negatif. Nggak papa kalo emang lagi engga baik-baik aja. Terima dulu, identifikasi penyebab kemudian : apa karena lapar? Karena kesepian? Karena cemas? Atau karena abcde yg lain?

Setelah itu fokus ke penyelesaian. Biasanya gimana biar reda? Solusinya apa? Biar engga terusan meratap. Continue reading “Pregnancy Journal : Ibu Hamil dan Tuntutan untuk Terus Bahagia”

cerita mama · motherhood

Postpartum

Mungkin fase ini patut diabadikan dalam tulisan. Hehehe

Sebelumnya, saya sudah baca-baca soal babyblues dan PPD. Dan betapa dua hal itu teramat dekat pada tiap ibu yang habis melahirkan. Alhamdulillah saya hanya merasakan naik-turun mood yang seperti rollercoaster dan memerangi diri saya sendiri yang kaya monster. Nggak sampai babyblues atau PPD. Naudzubillah… semoga teman-teman disini juga nggak ada yang kena yaaa.

Mungkin kejadiannya akan berbeda kalau saya nggak banyak baca dan mendapat support yang begitu besar dari keluarga saya. Dan hal-hal semacam ini, nggak mungkin saya bagi ke teman-teman saya…karena saya pikir ini akan begitu remeh di mata mereka. Yang saya punya ya keluarga saya. Tapi keluarga juga ujungnya saya memilah-milah. Karena kadang ketidakcocokan pola asuh anak juga yang memicu babyblues. Ujungnya yang saya tumpahi berbagai resah gelisah ya suami saya. Yang saya seret dalam arus keruwetan diri ini ya suami saya. Alhamdulillah beliau begitu supportif.

Jadi kalau ada para suami yang membaca ini dan istrinya mau melahirkan, please…bersamai dia. Benar-benar membersamai dalam arti sesungguhnya. Bukan ada tapi hadirnya tiada. Terutama mendengar cerita-ceritanya. Bagus kalau setiap hari memeluknya. Syukur-syukur rajin membelikan makanan kesukaannya. Hahaha. Karena meskipun itu remehhhh sekali di mata kalian, akan sangat berarti untuk istri kalian.

Saya nggak menyangka kalau mood saya bisa se-nge-swing itu. Sehari saya bisa begitu senang sekaligus begitu sedih. Saya bisa merasa begitu dicintai sekaligus begitu tidak dimengerti. Saua bisa merasa begitu beruntung sekaligus begitu merana.

Kadang luka jahitan, kelelahan, dan jam tidur yang masih adaptasi membuat semuanya mendukung mood yang acak-acakan.

Belum bisaa sholat juga. Kadang yang aku pengen cuma sholat abis gitu curhat sama Allah sambil nangis sampai ketiduran di sajadah. Tapi nggak mungkin…ada anak bayi yang dunianya adalah aku, ibunya. Nggak mungkin ditinggal-tinggal.

Pada saat itu, yang begitu memicu kesedihan dari diri saya adalah diri saya sendiri. Ketakutan-ketakutan yang saya punya. Setiap ibu bakal punya medan juangnya sendiri karena cerita pemicunya akan berbeda satu sama lain. Kadang bisa jadi karena mertua atau orangtua yang terlalu memojokkan ibu baru, ada juga karena stigma masyarakat sekitar, ada juga karena suami, ekonomi, ASI seret, anak nangis terus nggak berhenti, rumah berantakan, dan lain-lain.

mau garis satu, atau garis dua, kehamilan itu...sepenuhnya kuasa Allah

Continue reading “Postpartum”

cerita mama · jurnal kehamilan · motherhood · Uncategorized

Program Hamil

Sebelumnya nggak pernah bahas ini karena aku merasa perjuanganku sebenarnya belum ada apa-apanya dibanding teman-teman yang sedang berjuang di luar sana. Doa terbaik untuk teman-teman yang sedang berikhtiar. Semoga Allah berikan kelapangan hati dan penerimaan yang luas akan segala skenarioNya 🙂

Mulai dari mana ya? Mungkin dari aku yang sempat kosong ‘belum isi’ selama enam bulan pertama menikah…

Awalnya sih santai, yang bikin nggak santai justru keluarga, kerabat, teman-teman, dan pertanyaan yang silih berganti datang. Aku sampai ngebayangin pas itu, gimana rasanya nanti lebaran. Berasa nggak pengen kemana-mana takut ditanyain udah isi apa belom waktu keluar-keluar. Separno itu 😦

Sekali lagi, kadang hati kita cukup lapang. Yang mempersempit adalah celoteh orang-orang di sekitar. huhuhu

Akhir 2016 aku memutuskan ke dokter kandungan, bukan karena pengen promil, tapi lebih ke drama ketika datang bulan mulai ada lagi. Disminorhea hebat yang sampai bikin keringat dingin dan pingsan. Yang beneran pingsan…padahal itu aku lagi diajakin pacaran ke Lembang sama suami. Pas di spot bagusnya, baru juga duduk, belum pesen menu apa-apa. Eh pingsan duluan wkwk. Kata suami, kami kesana cuma numpang minum teh anget 😂

Lalu waktu aku ke salah satu dokter kandungan, pyarrr, pecahlah pikiranku kemana-mana haha. Karena pada waktu itu, aku kembali divonis endometriosis. heu. Sebelumnya sudah pernah dibilang demikian, tapi cari alternatif dokter lain dan beliau bilang nggak ada masalah.

Aku diminta untuk terapi hormon selama tiga bulan. Resikonya, aku bisa aja sebulan itu nggak datang bulan sama sekali (tambah bingung kan ngitung masa suburnya). Terus harga obatnya Rp 500.000, dikali 3 sudah Rp 1.500.000. Wow. Baiklah, kami belum mengiyakan karena aku semakin ragu sama dokternya wkwk, habisnyaaa kaya gampang banget gitu ngevonis ini itu :””)

Kamipun cuma meminta copy resep. Lalu minggu berikutnya aku mencoba dokter kandungan yang lain, hasil dari rekomendasi teman yang merupakan dokter umum.

Ternyata beliau bilang sama sekali nggak ada apa-apa dengan rahimku. Semuanya alhamdulillah baik. Mungkin aku cuma kebawa beban pikiran aja.

“Stress aja ini kali mbak… biasa kan penganten baru agak-agak stress gimana gitu.” Kata beliau.

Dalam hati ingin ku bersorak, “TAU AJA SIH PAK DOKTER!” wkkwkwkwkwk

Mumpung di dokter kandungan ya kan, sekalian deh aku nanya kalau buat promil gimana. Continue reading “Program Hamil”

cerita mama · motherhood

Catatan Benerin MP-ASI Shabira

Beberapa waktu lalu, saya pergi ke DSA. Mau curhat keresahan ini sama DSA-nya Shabira, dr Hastuti di PKU Kotagede. Shabira udah tiga bulanan BBnya stuck di angka 9,1an. Naik seiprit-iprit aja, paling pol 100gram. Adakah yang salah dalam pemberian MP-ASIku? sebenarnya BBnya masih di garis hijau, normal. Tapi yang jadi masalah adalah kenapa kok BBnya istiqomah? Padahal grafiknya harusnya naik. Nah lho…

Saya ditanyain macem-macem, Shabira juga diperiksa ini itu. Alhamdulillah semuanya normal. Ada benjolan di belakang telinga kanan dan kiri, dan itu normal karena nggak sampai 1cm diameternya. Cek HB alhamdulillah juga normal (tapi aku lupa berapa HBnya Shabira wkwk, fokusku cuma dokter bilang normal, ga kenapa-kenapa). Tinggal cek urin aja sebenernya, buat memastikan ada Infeksi Saluran Kencing (ISK) atau enggak. Karena kan susah juga mipisin anak di Rumah Sakit, hahaha.

Semua baik.

“Oke bu, kita evaluasi bareng-bareng ya..” Kata dr. Hastuti.

DUUUHHH Deg-degan rasanya pas dibilang gitu. Alhamdulillaaah dr. Hastuti nggak ngejudge apa-apa, nggak nyalahin Mama belajaran ini, nggak ngasi resep aneh-aneh. Terharuuuwww.

Sebenarnya ya, kita tuh kadang ngerti teorinya gimana, soal pemberian makanan adekuat, takaran penyajian, kapan dan durasinya. Tapi masih aja banyak excuse, tapi yaa namanya juga aji nur afifah, alesane luweh ombo timbange alas. wkwkwk

Lalu dr. Hastuti memulai pertanyaan ini dengan berapa kali Shabira makan? Oke sudah bener 3x.

“Selingannya apa?”

“Buah dok, kadang juga biskuit bayi, kadang nyemilin nasi.” jawabku kemudian.

Daaaan beliau mengernyit saudarah-saudarahhhhh. Hati ini makin berdebarrr. Tapi pertanyaan tetap dilanjutkan.

“Kalau minum ASInya bun?” tanya beliau.

Ennnggg…saya mulai berhitung dalam hati, “Enam dok!”

Raut muka dr. Hastuti berubah. UWAAA! Makin deg-deg serrr.

“Takaran makannya segimana Bun? Semangkuk kecil habis nggak?” Tanya beliau.

“Nah itu dok. Dia makannya sedikit. Kadang cuma 5 suap. Apa sebaiknya saya turun tekstur ya dok? Karena dia sudah makan nasi, bukan bubur atau nasi tim.” Mulai kederrrr. Panik! Hahaha

“Hmm, seharusnya semangkuk kecil sih bun sekali makan. Tapi nggak papa, kita coba telusuri ya kira-kira apa penyebabnya adek makannya nggak habis semangkuk kecil.” kata dr. Hastuti menenangkan.

oke…kembali lagi ke kursi panas wkwkwk

“Bunda, adek ASInya masih banyak ya kalau saya lihat-lihat. Padahal kebutuhan ASInya sudah berkurang, bunda pernah pumping? Dapet berapa kira-kira? Atau perkasih ASI, bunda ada takarannya?” Tanya dr. Hastuti yang membuat diri ini auto geleng-geleng kepala.

“Waduh, enggak pernah dok. Selama ini saya direct terus. Kalau ditanya dia berapa cc minum ASI perhari, saya juga nggak bisa ngitungnya…” hiks.

“Kebutuhan ASI adek harusnya 300cc saja perhari bun, kalau sejauh ini minum ASInya gimana? Lama nggak? Minum ASI kalau bisa nggak lebih dari 30 menit. Karena lebih dari itu masuknya ngempeng, kalau ngempeng–yang banyak masuk itu angin. Kalau angin…adek kembung, perutnya nggak enak, nafsu makannya bisa jadi turun.” lanjut dr. Hastuti.

Beliau mencoret-coret sesuatu di kertas HVS.

Jadi ini PR pertama kita ya, kurangi ASInya. Kalau minta? Alihkan. Kalau sudah setahun yaa paling enggak 3-4 kali aja minum ASInya. Bunda ada 1 bulan untuk membiasakan adek nggak terlalu banyak nenennya. Karena itu tadi, di usia adek, kebutuhan ASInya hanya 30%.”

Aku manggut-manggut, “baik dok.”

“Sekarang kita bicara soal makannya adek. Kalau Bunda kasih adek MPASI, di piringnya ada apa saja?” Continue reading “Catatan Benerin MP-ASI Shabira”

motherhood · Uncategorized

MP-ASI Hack – Sop Ceker

berisi kumpulan resep makanan kesukaan Shabira 😀

yang pertama adalah Sop Ceker. Hahaha. Anakku suka ceker, mirip aku ya. Karena bapaknya mah denger kata ceker ayam udah geli duluan. Yeeee belum rasain gimana enaknya nyesepin tulang ceker. wkwkwk

Membuat ini, caranya cukup sederhana.

  1. Bahan : Ceker ayam 4 pcs, wortel 1pcs (kecil saja), tofu (opsional), kentang (opsional), jagung serut (opsional-tapi direkomendasikan! hehehe)
  2. Bumbu : Bawang putih, merica, seledri, daun bawang, bawang merah goreng
  3. Cara membuat :
    • Cuci bersih ceker ayam, bisa dengan perasan jeruk nipis atau air garam
    • Haluskan 4 siung bawang putih dan merica, iris daun bawang dan seledri
    • rebus air sampai mendidih, lalu celupkan ceker terlebih dahulu bersama bumbu
    • Selang lima menit, masukkan wortel, jagung, dan kentang
    • setelah semua empuk, jika ingin memasukkan sayur tambahan bisa dicelupkan. Bisa buncis, kembang kol, sawi, atau tofu.
    • bubuhkan gula dan garam secukupnya serta tambahkan bawang merah goreng. Kalau punya kaldu jamur boleh banget ditambahkan biar umamy.
    • NYUUUMMM!!!
  4. Sajikan bisa dengan mie telur jika anak sedang bosan nasi. Slurp! Selamat makan hehe. Foto menyusul kapan-kapan. Ya gitulah sop ceker kenampakannya~

Continue reading “MP-ASI Hack – Sop Ceker”

Uncategorized

Cantik?

“Mas, apa semua laki-laki itu cari perempuan yang cantik?”

“Nggak juga.”

“Tapi Mas gimana? Gitu juga?”

“Enggak.”

Kami sama-sama diam.

“BERARTI KAMU GAK CANTIK DONG HAHAHAHAHAHAHA!”

“-.-” kzl bgt rasanya, tapi lucu😂 Mana dia ketawanya puas banget.