Uncategorized

Menjadi Ibu Baru

Hari ini, aku lihat anakku yang masih tidur. Betapa lucunya, sudah hampir setengah tahun aku membersamainya. Itu artinya, setengah tahun pula aku menjadi seorang ibu.

Ternyata perjuangan yang berat tidak selesai ketika melahirkan usai, justru baru dimulai. Petualangan menjadi ibu tidak akan berujung.

Setelah melahirkan bergelut dengan perjuangan mengASIhi, lalu penyembuhan fisik pascabersalin, belum juga semua itu berakhir muncullah drama hormon yang tidak stabil. Mulai uring-uringan sampai nangis bombay. Bahkan aku nyaris hilang kontrol untuk mengatur diriku sendiri. MaasyaAllah.

Setelah menjadi ibu, aku baru sadar…sedekat itu seorang ibu baru dengan syndrome pascabersalin. Setelah mengalaminya sendiri, harus kuakui, baby blues itu nyata adanya. Itulah gunanya mempelajarinya sebelum melahirkan. At least meski berat, kita terbantu dengan keterbukaan menerima kondisi depresi dan berusaha berjuang melawannya. Tanpa dukungan yang penuh dari keluarga dan suami, sepertinya babyblues bisa mampir pada siapa-siapa yang dia mau.

Tidak sampai disitu, ibu baru kembali harus beradaptasi cepat dengan cara merespon perbedaan pola asuh dari sekitarnya. Terkadang, jika pondasi pengasuhan tidak kuat, ibu baru begitu mudah kehilangan kepercayaan dirinya. Maka dari itu, wajib bagi seorang ibu paham mengapa memilih metode pengasuhan A/B/C. Apalagi di jaman now. Kita memang dimudahkan untuk mengakses segala informasi, tapi orang lain juga seakan menjadi semudah itu mengakses kehidupan kita haha! Kalau kita kuat, orang mau nyinyir gimana juga go ahead Ma!

Akan tetapi, lain cerita kalau perbedaan pola pengasuhan ini terjadi di keluarga besar. Misal mertua ataupun orangtua. Selama nggak krusial, lemesin aja Ma! Daripada panjang ceritanya…maka dari itu, ada baiknya ikut mengedukasi keluarga besar soal pola pengasuhan kita. Misal, mengajak nenek ke dokter/seminar. Biasanya sang nenek akan lebih mudah menerima omongan tenaga medis daripada kita. Hihihi

Nggak mudah siiihhhh, aku sendiri mengalaminya, sampai kadang kucing-kucingan, sengaja back street melakukan stimulasi/pengasuhan yang beda pendapat hahaha. Seru? Seru-seruin laaah. Kalau didramatisir sedih sendiri.

Makanya, tidak meletakkan ekspektasi terlalu tinggi dan tetap melemaskan ego adalah kunci kestabilan emosi menghadapi perbedaan pola asuh ini. Maklum aja…kita terpaut satu generasi. Pasti ada perbedaan.

Kenyataannya memang nggak mudah. Perlu latihan dan berperang melawan kekeukeuhan sendiri. Daripada debat ya…kata Rasul aja, hindari. Meski kita tau kita yang benar 🙂

Cuma kalau masalah ASI ekslusif dan hal krusial lainnya tetap takboleh diganggu gugat kalau aku 😀 kalau soal gendongan, obat, masih bisa lah. Hehehe. Bisa sembunyi-sembunyi maksudnya 😆😋

Ibu baruuu oh ibu baru. Pasti ada pertama kalinya atas segala sesuatu. Dan menjadi ibu…untuk pertama kali, pasti nggak mudah. Jadi, apresiasilah dirimu Ma! Lihat lagi anakmu, betapa lucunya. Betapa cintanya kita…

Kesalahan-kesalahan adalah teman kita sehari-hari. Tidak ada sosok ibu yang sempurna. Lagipula anak-anak kita tidak membutuhkan hal itu. Mereka hanya membutuhkan kita. Kita yang menjadi dunianya. Kita yang tetap ceria menemaninya bermain, kita yang terus belajar berbenah, kita yang kadang panik kadang marah, mereka butuh kita, ibunya.

Ibunya yang rela melakukan apa saja, rela begitu tak memikirkan diri sendiri, rela mengikhlaskan jam tidur, rumah berantakan, kocek untuk membeli ini itu–meski kadang kita juga banyak maunya, pengen ABC tapi lagi-lagi untuk anak kita jatuhkan pilihan, dan banyak lagi.

Terimakasih Ma, terimakasih untuk semua pengorbanan itu. Untuk tetap memberikan segala yang terbaik untuk anak-anak kita. Untuk selalu ada dan nyaris mengadakan segalanya untuk dia. Terimakasih Ma, terimakasih untuk menjadi dunianya.

Mungkin anak-anak kita kelak tidak akan ingat detail kita membesarkannya. Mungkin anak-anak kita kelak tidak bisa membalasnya. Tapi…bukan itu yang kita cari. Melihatnya tumbuh sehat, baik, cerdas, telah membayar semuanya❤

Biar Allah yang mencatat dan menjadi saksi. Cukup Ia. Yang Maha Adil.

Anak-anak yang baik, baktinya takperlu kita pinta. Mereka dengan cuma-cuma kelak memberikannya.

Semoga kita dimampukan membesarkan mereka menjadi anak shalih, anak baik, dan anak yang berpegang teguh dengan nilai-nilai Islam.

Enjoy motherhood. Meski perih, meski letih, tapi berharganya tak akan terulang. Satu saat kita akan merindukan masa-masa ini, masa-masa menjadi ibu baru 🙂

Leave a comment